Ilmuwan Metalurgi Ciptakan ‘Keajaiban’ di Laboratorium ITB, Ubah Tanah Jadi Logam

WARTABANDUNG.COM, Bandung — Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Ing. Zulfiadi Zulhan, ST., MT., IPU berhasil menciptakan alat yang dapat merubah tanah menjadi sebuah logam. Alat ‘ajaib’ itu diberi nama reaktor plasma hidrogen.

Reaktor plasma hidrogen itu berada di Laboratorium Pirometalurgi lantai 6 Gedung Riset dan Museum Energi dan Mineral ITB. Di sanalah, Zulfiadi mempraktekkan proses mengubah tanah menjadi logam.

Zulfiadi menyebut, rektor plasma hidrogen ini adalah yang pertama di Indonesia. Teknologi itu dimodifikasi dari alat plasma cutter. Reaktor tersebut juga dilengkapi dengan sistem nozzle yang mengalirkan hidrogen.

Namun, reaktor plasma hidrogen itu hanya bisa mengolah tanah yang mengandung bijih logam. Zulfiadi menyebut, banyak orang yang salah kaprah dengan temuannya tersebut karena menganggap semua tanah bisa diolah menjadi logam.

“Tapi hati-hati ya, tidak semua tanah itu bisa diubah menjadi logam, artinya kalau misalnya bapak ibu atau rekan-rekan melihat tanah di depan rumah, kemudian dibawa ke lab, disuruh diubah menjadi logam, kami tidak bisa melakukannya. Jadi hanya tanah-tanah yang ada logamnya. Itu yang mungkin hari ini menjadi salah persepsi di media,” katanya belum lama ini.

Selain logam jenis besi, dari hasil penelitian terbaru, reaktor plasma hidrogen itu juga dapat menghasilkan logam jenis zirkonium. Bahkan Zulfiadi menyebut baja tahan karat juga dapat dihasilkan dari reaktor plasma hidrogen itu.

Dalam prosesnya, reaktor plasma hidrogen mampu merubah tanah menjadi logam hanya dalam waktu 120 detik atau 2 menit. Zulfiadi menerangkan, lama tidaknya proses reduksi dan peleburan tergantung dari banyaknya tanah yang dimasukkan ke dalam reaktor plasma hidrogen ini.

“Jadi dengan menggunakan reaktor plasma hidrogen, kalau misalkan kami katakan mengubah banyak orang tidak setuju, tapi memang benar sih dari bijih besi ini, kami bisa menghasilkan menjadi logam, logam besi dengan berat 5 gram waktunya 2 menit. Kami juga sudah coba, kalau 3 gram itu 1,5 menit juga sudah cukup menjadi logam,” terangnya.

“Reaktor ini kami alirkan argon untuk usir udara, setelah udara keluar dialirkan gas hidrogen, ditunggu sampai udara tidak masuk ke dalam reaktor dan reaktornya dijalankan,” tandasnya.

Redaksi
Author: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *