Hujan Deras Guyur Bandung Raya, Dayeuhkolot Masih Terendam Banjir

WARTABANDUNG.COM: Banjir yang melanda Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sejak Jumat (7/3/2025) belum sepenuhnya surut hingga Selasa (11/3/2025) pagi. Sejumlah kampung dan desa masih terendam akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Bandung Raya.

Selain permukiman warga, Jalan Raya Dayeuhkolot yang kerap langganan banjir juga masih tergenang, meski ketinggian air mulai menurun sehingga kendaraan roda dua dan empat sudah bisa melintas.

Di Kampung Babakan Leuwi Bandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, debit air masih tinggi akibat hujan yang kembali turun pada Minggu (9/3/2025). Ketua RW 01, Yomi Triadiansyah, mengatakan banjir kali ini lebih besar dibanding sebelumnya.

“Banjir tadi malam itu tuh memang luapan dari debit air dari Kota Bandung sih yang sering terjadi di sini mah. Kadang tidak hujan di sekitar kita juga, tapi karena di Bandung hujan besar, kita selalu ada banjir di sini. Walaupun mungkin ketinggian sekitar 30 sampai 50 centimeter,” ujarnya.

Menurut Yomi, hujan lebat yang merata di seluruh Bandung Raya membuat air cepat naik dalam hitungan menit. Akibatnya, sebanyak 30 warga terpaksa mengungsi ke Bale karena rumah mereka tidak memiliki lantai dua.

Namun, banyak warga yang memilih tinggal di rumah kerabat karena tempat pengungsian dinilai tidak layak.

“Warga yang mengungsi sementara ini masih di kerabat atau tetangga terdekat yang punya lantai dua. Karena kami di sini juga belum mempunyai tempat pengungsian yang layak,” katanya.

Banjir ini mengganggu aktivitas warga dalam menjalankan ibadah puasa. Yomi mengatakan air mulai naik sesaat sebelum berbuka dan terus meninggi hingga waktu sahur.

Nya reuwas pak. Begitu adzan maghrib, kita baru minum, tiba-tiba air deras datang. Akhirnya buka puasa yang dinanti-nanti jadi buyar. Banyak juga yang tidak sahur karena dapurnya terendam,” tuturnya.

Yomi berharap ada solusi konkret untuk mengatasi banjir tahunan ini.

“Minimal tiap tahun bisa mengurangi debitnya. Tidak harus hilang sepenuhnya, tapi setidaknya tidak separah ini,” katanya.

Sementara itu, di Kampung Sukabirus, Desa Citeureup, luapan Sungai Cigede masih merendam rumah warga dan fasilitas umum, termasuk sebuah musala yang hampir roboh.

“Luapan dari Sungai Cigede langsung masuk ke warga sini. Dampaknya satu rumah sama satu musala jebol, hampir ambruk,” ujar Ketua RT 7 RW 13, Kampung Sukabirus, Atep Usman.

Menurut Atep, hampir semua kampung di Desa Citeureup terdampak banjir kali ini, padahal sebelumnya hanya beberapa kampung saja yang terendam.

“Waktu banjir datang, ketinggian air bisa sampai pinggang orang dewasa. Bahkan wilayah yang biasanya tidak kena, kali ini semuanya kena banjir,” katanya.

Warga yang memiliki rumah bertingkat memilih bertahan, sementara yang tidak, mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga. Meski dalam kondisi banjir, warga tetap bergotong-royong menyediakan takjil berbuka dan bahan makanan seadanya untuk sahur.

“Alhamdulillah masih ada warga yang saling membantu. Sahur pun saayana, mungkin hanya dengan mi instan atau telur,” ujar Atep.

Ia berharap pemerintah segera menyelesaikan pembangunan tanggul Sungai Cigede untuk mengurangi dampak banjir di wilayahnya.

“Harapan saya ke pihak terkait, tanggul yang belum selesai ini segera dibangun. Paling tidak bisa mengurangi dampak banjir bagi warga,” katanya. (*)

Redaksi
Author: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *