Puluhan Siswi SMK di Bandung Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru, Empat Sudah Lapor ke Kepolisian

WARTABANDUNG.COM: Puluhan siswi diduga menjadi korban pelecehan seksual guru di SMK 2 Pasundan, Kota Bandung, Jawa Barat. Sebanyak empat di antaranya sudah melayangkan laporan ke kepolisian.

Tim advokasi yang mengawal kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa para siswi itu mengungkap ada puluhan korban yang sudah terdata.

Salah seorang tim perwakilan advokasi korban, Aditya Insani mengatakan dari total puluhan korban tersebut, empat di antaranya sudah membuat laporan resmi ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polrestabes Bandung.

Para korban melaporkan beberapa oknum guru yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap para siswi di sekolah tersebut.

“Oknum guru yang telah dilaporkan ke unit perlindungan perempuan dan anak (PPA) Polrestabes Bandung, sejauh ini ada empat pelaporan yang telah diadukan dari total kurang lebih 41 korban dugaan tindak pelecehan yang terjadi di SMK Pasundan 2 Bandung,” kata Adit saat dihubungi, Jumat (3/10/2025).

Adit mengatakan, tindak dugaan pelecehan ini banyak menimpa terhadap siswi yang masih aktif bersekolah di SMK 2 Pasundan. Setelah kasus ini mencuat, katanya, tidak sedikit siswa yang mengaku mendapat intimidasi.

“Bahkan ada salah satu korban inisialnya A, itu cabut laporan (dari polisi) dan keluar dari sekolah. Jadilah pelapor ini empat, yang tadinya 5. Pas saya tanya, kenapa dicabut laporannya, sama orang tuanya si inisial A ini katanya mau dipindahkan aja khawatir takut ada apa-apa karena ikut dengan bibinya, makanya dipindahin mau dibawa ke Soreang ikut dengan ibu bapaknya langsung,” kata Adit.

Adit mengatakan mereka pun telah menerima beberapa aduan dari para orang tua dan wali para korban. Aduan berisi agar pihak sekolah tidak hanya menonaktifkan para guru yang dilaporkan, namun menuntut untuk pecat.

Selain itu, Adit mengungkap ada dugaan pihak sekolah melakukan intimidasi ke beberapa korban untuk tidak melapor kejadian ini ke pihak kepolisian dan menghendaki permasalahan ini diselesaikan secara kekeluargaan.

“Saya berharap agar dilakukan evaluasi secara menyeluruh oleh pihak sekolah. Karena kasusnya sendiri banyak terjadi dan sudah sejak lama” kata Adit. (*)

Redaksi
Author: Redaksi